Ditengah
keheningan malam, aku mencoba untuk bersahabat dengan kesunyian beserta derit
jangkrik yang bersahutan. Mengingat perlunya ingatan yang kuat akan apa yang
kubaca. Ya, itu sangat aku perlukan. Karena besok adalah pengujian bagaimana
proses belajarku selama ini. Berhasilkah ? atau hanya seperti angin yang
selayang pandang melintas lalu pergi begitu saja tak berbekas ?. Entahlah, aku
harap tak begitu.
Namun
entah mengapa disela begitu bertumpuknya tugas bersesakan yang menghinggapi
celah-celah di otakku, aku tergerak untuk meninggalkannya sejenak. Membiarkannya
entah mencari sendiri tempatnya pada file yang tepat. Menunggu untuk ku
mengingat kembali. Semua itu karena adanya suatu hal yang mengugah hatiku untuk
segera membiarkan jari-jariku menari menuangkan apa yang telah meluap ingin
diutarakan. Mengapa disela sibuknya teman-teman mempelajari begitu banyak
periode-periode sejarah sastra yang berurutan, kini aku malah berkutat dengan
layar kecil dan membiarkan apa yang kurasa terlepaskan ? lagi-lagi entahlah. Mungkin
hanya hobi yang muncul lagi dengan tiba-tiba hehe ..
Nah mungkin
ini yang menjadikan begitu banyaknya beban yang mengganjal di otak hilang
seketika. Ketika mengingat peristiwa tadi siang di kampusku. Sesuatu telah
mengajarkanku pada arti kejujuran yang sebenarnya. Yang.. ah ternyata selama
ini aku belum bisa seperti itu. Ckck . kawan, inginkan kalian merasakan
indahnya kejujuran ? tenangnya dan senangnya apabila kita bisa selalu jujur ?
Ya, akupun ingiiin sekali merasakannya seperti itu. Dan masih akan terus
mencoba untuk seperti itu, apalagi sebuah benturan halus yang menyadarkanku
selama ini dari mimpi keterlenaanku pada apa yang mungkin telah aku lakukan
tanpa menimbang lebih teliti benar atau tidaknya. Sebuah peristiwa yang
mengajarkan kepada kita bahwa jujur itu bisa lho dimulai dari hal yang kecil. Subhanallah
ternyata Allah masih sayang kepadaku. Ia ingin aku mengambil hikmah dari
kejadian tadi siang yang aku lihat. Mungkin berpuluh-puluh pasang mata turut
menyaksikannya. Ditambah lagi pada sesi kedua ujianku, lagi-lagi menyinggung
soal kejujuran yang langsung ditanyakan kepada kita bahwa bagaimana kita akan
menerapkan kejujuran itu ? Apakah kurang sayangNya kepada kita. Dia ingin kita
benar-benar menyadari betapa penting hal itu.
Oke teman,
aku bukanlah seseorang yang sempurna, yang putih dari segala bercak hitam. Namun
tidak ada salahnya bukan menyadari sesuatu yang baik dimulai dari sekarang. Toh dimulai dari sesuatu yang kecil maka
yang besar akan bisa tercapai . Bismillah
menuju perubahan yang lebih baik !!
Salam
kesuksesan menuju hari esok dengan RidhoNya !!
Sebuah ukiran hati yang terimplikasi pada
goresan tinta hitam
Akan menjadikan yang hitam sedikit demi
sedikit menjadi putih kembali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar