Senin, 25 Juni 2012

Sebuah Pelajaran Baru



Ditengah keheningan malam, aku mencoba untuk bersahabat dengan kesunyian beserta derit jangkrik yang bersahutan. Mengingat perlunya ingatan yang kuat akan apa yang kubaca. Ya, itu sangat aku perlukan. Karena besok adalah pengujian bagaimana proses belajarku selama ini. Berhasilkah ? atau hanya seperti angin yang selayang pandang melintas lalu pergi begitu saja tak berbekas ?. Entahlah, aku harap tak begitu.
Namun entah mengapa disela begitu bertumpuknya tugas bersesakan yang menghinggapi celah-celah di otakku, aku tergerak untuk meninggalkannya sejenak. Membiarkannya entah mencari sendiri tempatnya pada file yang tepat. Menunggu untuk ku mengingat kembali. Semua itu karena adanya suatu hal yang mengugah hatiku untuk segera membiarkan jari-jariku menari menuangkan apa yang telah meluap ingin diutarakan. Mengapa disela sibuknya teman-teman mempelajari begitu banyak periode-periode sejarah sastra yang berurutan, kini aku malah berkutat dengan layar kecil dan membiarkan apa yang kurasa terlepaskan ? lagi-lagi entahlah. Mungkin hanya hobi yang muncul lagi dengan tiba-tiba hehe ..
Nah mungkin ini yang menjadikan begitu banyaknya beban yang mengganjal di otak hilang seketika. Ketika mengingat peristiwa tadi siang di kampusku. Sesuatu telah mengajarkanku pada arti kejujuran yang sebenarnya. Yang.. ah ternyata selama ini aku belum bisa seperti itu. Ckck . kawan, inginkan kalian merasakan indahnya kejujuran ? tenangnya dan senangnya apabila kita bisa selalu jujur ? Ya, akupun ingiiin sekali merasakannya seperti itu. Dan masih akan terus mencoba untuk seperti itu, apalagi sebuah benturan halus yang menyadarkanku selama ini dari mimpi keterlenaanku pada apa yang mungkin telah aku lakukan tanpa menimbang lebih teliti benar atau tidaknya. Sebuah peristiwa yang mengajarkan kepada kita bahwa jujur itu bisa lho dimulai dari hal yang kecil. Subhanallah ternyata Allah masih sayang kepadaku. Ia ingin aku mengambil hikmah dari kejadian tadi siang yang aku lihat. Mungkin berpuluh-puluh pasang mata turut menyaksikannya. Ditambah lagi pada sesi kedua ujianku, lagi-lagi menyinggung soal kejujuran yang langsung ditanyakan kepada kita bahwa bagaimana kita akan menerapkan kejujuran itu ? Apakah kurang sayangNya kepada kita. Dia ingin kita benar-benar menyadari betapa penting hal itu.
Oke teman, aku bukanlah seseorang yang sempurna, yang putih dari segala bercak hitam. Namun tidak ada salahnya bukan menyadari sesuatu yang baik dimulai dari sekarang. Toh dimulai dari sesuatu yang kecil maka yang besar akan bisa tercapai . Bismillah menuju perubahan yang lebih baik !!
Salam kesuksesan menuju hari esok dengan RidhoNya !!

Sebuah ukiran hati yang terimplikasi pada goresan tinta hitam
Akan menjadikan yang hitam sedikit demi sedikit menjadi putih kembali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar